KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION
(STAD) DI SMP NEGERI 7 PALEMBANG
Oleh:
Tri Muhti Haryani dan Ety Septiati
FKIP Matematika Universitas
PGRI Palembang
Abstrak
Kemampuan
penalaran sangat dibutuhkan bagi setiap manusia. Karena penalaran merupakan
suatu proses berpikir yang dilakukan sebagai cara untuk menarik kesimpulan. Pembelajaran kooperarif tipe STAD
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Teknik belajar mengajar tipe STAD ini
adalah siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi akan menularkan
kemampuan matematikanya kepada temannya yang berkemampuan matematika rendah,
sehingga kemampuan penalaran siswa dapat berkembang karena saling berbagi
informasi dan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Kemampuan penalaran matematis adalah kemampuan dalam
menarik kesimpulan dari permasalahan matematika berdasarkan pernyataan atau
fakta-fakta dan sumber yang terbukti nilai kebenarannya. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas VIII.8 SMP Negeri 7 Palembang dengan jumlah siswa 36
orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu
mendeskripsikan kemampuan penalaran matematis siswa menggunakan indikator
kemampuan penalaran. Berdasarkan analisis data tes siswa diperoleh rata-rata
hasil tes dalam kategori baik yaitu 84. Indikator yang sering muncul yaitu
melakukan manipulasi matematika dengan kategori baik, sedangkan indikator yang
jarang muncul adalah menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberi alasan/bukti
terhadap kebenaran solusi dengan kategori baik. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dikategorikan baik.
Kata Kunci:
kemampuan penalaran matematis, model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1. Pendahuluan
|
Depdiknas (dikutip Shadiq, 2004:3) menyatakan bahwa
“Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran
dipahami dan dilatih melalui belajar materi matematika”. Kemampuan bernalar
tidak hanya dibutuhkan para siswa ketika mereka belajar matematika maupun mata
pelajaran lainnya, namun sangat dibutuhkan setiap manusia disaat memecahkan
masalah ataupun disaat menentukan keputusan.
Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara dengan
beberapa siswa diperoleh bahwa siswa
masih menganggap matematika adalah pelajaran yang cenderung menghafal rumus,
sulit dan tidak bermanfaat dalam kehidupan mereka. Salah satu guru
matematikanya mengatakan bahwa sebagian besar siswa masih sulit menyajikan
pernyataan matematika ke dalam bentuk gambar atau mengubah suatu kalimat ke
dalam model matematika, siswa mengalami kesulitan menyusun bukti untuk menarik
kesimpulan dari persoalan matematika,
dan masih kurang bisa menggunakam penalaran yang mereka miliki untuk menalarkan
soal yang ada ke dalam bahasa atau simbol matematika. Hal ini mempengaruhi
nilai yang mereka peroleh, dimana nilai rata-ratanya masih rendah. Dikatakan
demikian dilihat dari hasil nilai sehari-hari dan juga nilai ulangan harian
siswa.
Kenyataannya pembelajaran matematika cenderung abstrak
dengan metode ceramah sehingga konsep-konsep matematika sulit dipahami. Siswa
hanya menerima apa yang mereka pelajari tanpa memaknai apa yang mereka
pelajari. Siswa hanya menghapal rumus dan langkah-langkah pengerjaan soal tanpa
melibatkan daya nalar yang optimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran. Selama ini siswa hanya disuruh untuk belajar atau
mengerjakan soal-soal yang ada secara pribadi. Bagi siswa yang mengalami
kesulitan ataupun kurang mengerti dengan materi atau soal yang ada pada saat
proses belajar berlangsung maka siswa cenderung hanya diam tanpa bertanya kepada
teman lain atau guru karena siswa merasa malu untuk bertanya. Sehingga
kemampuan penalaran yang dimiliki kurang berkembang. Oleh karena itu, guru
sangat membutuhkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan atau
menumbuhkembangkan kemampuan penalaran matematika siswa.
Salah satu model pembelajaran yang
sesuai dengan KTSP adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (dikutip Yamin, 2008:74)
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja
sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
dapat menciptakan saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar
bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Salah satu
tipe pembelajaran kooperatif adalah STAD. Pembelajaran kooperarif tipe STAD
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-6 orang siswa
secara heterogen ( Trianto, 2010:68). Teknik belajar mengajar tipe STAD ini adalah
siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi akan menularkan kemampuan
matematikanya kepada temannya yang berkemampuan matematika rendah, sehingga
kemampuan penalaran siswa dapat berkembang karena saling berbagi informasi dan
pengetahuan. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD turut melibatkan aktivitas
bernalar. Di dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, semua siswa dituntut
untuk dapat mengerti semua materi yang dipelajari. Ini berarti bahwa saling
memberikan pengetahuan yang dimiliki untuk menumbuhkembangkan kemampuan
penalarannya sehingga siswa terlatih untuk bernalar.
Berdasarkan masalah tersebut,
maka perlu diadakan pembelajaran matematika untuk melihat kemampuan penalaran
matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SMP Negeri 7
Palembang. Melalui pembelajaran tersebut diharapkan kemampuan penalaran matematis
siswa lebih meningkat.
Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah ”Bagaimana
kemampuan penalaran matematis siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SMP
Negeri 7 Palembang?”. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa
setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SMP Negeri 7
Palembang.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi: 1) Guru, sebagai bahan masukan yang baik untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mewujudkan proses pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan kemampuan penalaran matematika siswa, 2) Sekolah, sebagai bahan
masukan dalam proses pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu sekolah
dan sebagai upaya peningkatan kualitas lulusan.
2. Metode Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII.8 SMP Negeri 7 Palembang tahun ajaran 2010/2011. Instrument yang digunakan adalah silabus,
RPP, LKS, soal latihan, soal tes. Penelitian ini
digolongkan sebagai penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui kemampuan
penalaran matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD di
SMP Negeri 7 Palembang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
tes. Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa
dengan cara menganalisis lembar jawaban siswa yang disesuaikan dengan indikator
yang ada dan diberi skor sesuai rubrik penilaian. Tes yang diberikan adalah tes
uraian. Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah kemampuan penalaran
matematis siswa pada pembelajaran matematika melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD di SMP Negeri 7 Palembang.
3. Hasil Penelitian dan
Pembahasan
3.1. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dan analisis data yang
dilakukan di Kelas VIII.8 SMP Negeri 7 Palembang, maka didapatkan hasil bahwa
kemampuan penalaran matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dikategorikan baik dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 84.
TABEL II
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA
PER-INDIKATOR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Rentang Nilai
|
Banyak Siswa yang Memperoleh Nilai Pada Indikator
Ke-
|
Kategori Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
86 – 100
|
14
|
24
|
25
|
17
|
Baik Sekali
|
71 – 85
|
20
|
8
|
4
|
12
|
Baik
|
56 – 70
|
1
|
2
|
5
|
6
|
Cukup
|
41 – 55
|
0
|
1
|
1
|
0
|
Kurang
|
0 – 40
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Sangat Kurang
|
84
|
87
|
86
|
81
|
|
|
Rata-rata
|
84
|
Baik
|
3.2. Pembahasan
Tes dalam penelitian ini dilakukan
pada pertemuan ketiga. Soal tes berupa soal tertulis yang berbentuk essay
sebanyak 4 soal yang mencakup seluruh materi yang telah dipelajari selama dua
kali pertemuan sebelumnya yaitu tentang luas permukaan kubus dan balok serta
volume kubus dan balok. Hasil tes dalam penelitian ini menghasilkan nilai
kemampuan penalaran matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah baik. Hal tersebut dikaitkan juga pada fase model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yaitu adanya lembar kerja siswa (LKS) secara kelompok dan
latihan secara individu. Dimana rata-rata dari hasil LKS selama dua kali
pertemuan sebesar 94 dengan kategori baik sekali dan rata-rata latihan selama
dua kali pertemuan sebesar 73 dengan kategori baik.
Dari keempat indikator penalaran,
indikator yang sering muncul adalah mampu melakukan manipulasi matematika,
sedangkan indikator yang jarang muncul adalah menarik kesimpulan, menyusun
bukti, memberi alasan/bukti terhadap kebenaran solusi, seperti yang terlihat pada diagram berikut:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilihat dari hasil tes
yang diperoleh siswa, maka secara keseluruhan rata-ratanya adalah 84. Dapat
dikatakan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah baik, meskipun kenyataannya masih ada beberapa
siswa yang kemampuan penalarannya dikategorikan cukup.
4. Simpulan dan Saran
4.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dikategorikan baik
dengan rata-rata 84.
4.2. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat peneliti berikan sebagai berikut:
1.
Bagi guru matematika, dalam
melaksanakan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebaiknya guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS perlangkah dan mengawasi
latihan individu siswa agar kemampuan penalaran matematis siswa menjadi lebih
optimal.
2.
Bagi sekolah, sebagai bahan
masukkan untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
proses belajar mengajar.
5. Daftar Pustaka
Kesumawati, Nila. 2010. Mengembangkan Penalaran dalam Matematika.
Makalah disampaikan dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika pada Tanggal 27 November 2007 di Yogyakarta.
Shadiq, Fadjar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi.
Jakarta: PPPG Matematika.
Shadiq, Fadjar. 2009. Kemahiran Matematika. Yogyakarta: PPPPTK
Matematika.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yamin, Martinis dan Bansu
I. Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan
Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar